Setiba di Da Nang bisa dibilang cukup suprise juga melihat kotanya. Terbiasa dengan suasana hiruk pikuk kota Saigon, maka Da Nang bagai antitesisnya. Tata kotanya yang asri dengan lalu lintas yang bisa dibilang lengang, tampaknya kota ini belum lama “dibangun” sehingga tata kotanya cukup apik. Sayangnya dari airport tampak tak ada transportasi umum seperti yang mudah didapat di Saigon dan Hanoi. Namun kita bisa dengan mudah mendapatkan taxi atau memesan Grab.
Tak perlu waktu lama untuk melintasi pusat kota menuju hotel yang berjarak sepelemparan batu dari pantai My Khe. Untuk ukuran “kota besar”, pantainya bisa dibilang lengang dengan pasir putih yang siap memanjakan. Sekilas saja tampaknya akan betah dikota ini.
“Cocok yeuh keur pensiun,” ujar Dunga langsung merasa nyaman dengan suasana kota.
Setelah menikmati sunset di pantai, malam hari dilewatkan dengan orientasi medan ke kota. Hiburan yang murah dimalam hari adalah bersantai di tepi sungai sambil mengagumi Dragon Bridge yang ikonik. Malam hari jembatan ini lebih semarak karena cahaya emasnya lebih mencolok bahkan katanya kadang ada atraksi mengeluarkan api pula! Beberapa jembatan lain juga tampak megah, namun menurut saya Dragon Bridge lebih ikonik.
Esoknya ormed dilanjutkan lebih jauh ke Linh Ung Pagoda di Son Tra Peninsula. Sebetulnya ada banyak destinasi yang layak dituju sekitar Da Nang antara lain Merble mountain, Ba Na Hills, Hoi An dan Hue city. Namun karena jarak-jaraknya cukup jauh bersanding dengan waktu yang mepet jadi tak keburu karena malamnya harus melanjutkan ke Nha Trang.
Keberangkatan sleeper bus sekitar jam 8 malam, tiba di Cam Ranh esok paginya. Namun ternyata ada kesalahpahaman karena kota Nha Trang sendiri sudah terlewat. Cam Ranh adalah tempat airport berada, berjarak sekitar 20 menit dari Nha Trang, sehingga kami balik arah. Beruntung awak bis memahami tujuan kami ke Nha Trang sehingga berbaik hati menitipkan kami ke bis tujuan Nha Trang. Kami diturunkan di pom bensin lalu mencegat taxi untuk menuju Nha Trang.
@districtonebdg